Lalu mengapa kebanyakan orang menjadi banyak mengenang ketika turun hujan, apalagi jika sedang sendirian?
Bahkan aku pun tak luput dari perasaan aneh itu.
Langit mulai menghitam. Angin terasa semakin dingin. Aku menatap hujan yang mulai turun dari balik jendela kaca di tempatku berada. Kemudian perasaan-perasaan itu menyerbu masuk tanpa diundang(rindu) . Ada begitu banyak rindu. Aku merindukan rumah, kampung halaman yang jauhnya puluhan kilometer dari tempatku berada. Ketika hujan turun di sana, aku bisa melihat pelataran yang luas dan seluruh pohon-pohon menjadi basah. Ada sawah di samping rumah yang ketika hujan deras reda akan menjelma menjadi lautan tempatku dulu bermain perahu dari pelepah pisang. Hujan juga mengingatkanku pada segelas kopi hitam buatan ibu, yang akan menemani kami selagi bercerita tentang apa saja sambil menunggu hujan mereda. Hujan, kopi,ibu dan kedua adikku adalah perpaduan sempurna yang tidak akan bisa kudapatkan penggantinya di manapun di seluruh dunia.
Langit mulai menghitam. Angin terasa semakin dingin. Aku menatap hujan yang mulai turun dari balik jendela kaca di tempatku berada. Kemudian perasaan-perasaan itu menyerbu masuk tanpa diundang(rindu) . Ada begitu banyak rindu. Aku merindukan rumah, kampung halaman yang jauhnya puluhan kilometer dari tempatku berada. Ketika hujan turun di sana, aku bisa melihat pelataran yang luas dan seluruh pohon-pohon menjadi basah. Ada sawah di samping rumah yang ketika hujan deras reda akan menjelma menjadi lautan tempatku dulu bermain perahu dari pelepah pisang. Hujan juga mengingatkanku pada segelas kopi hitam buatan ibu, yang akan menemani kami selagi bercerita tentang apa saja sambil menunggu hujan mereda. Hujan, kopi,ibu dan kedua adikku adalah perpaduan sempurna yang tidak akan bisa kudapatkan penggantinya di manapun di seluruh dunia.
Hujan di luar jendela makin deras dan mendadak aku ingin pulang.
Bukankah kata “pulang” menjadi semakin bermakna jika telah mengerti artinya “rindu”?
Hujan terus tumpah dan menyerangku dengan butiran-butiran kenangan yang lain.
Barangkali kenangan-kenangan itu akan terus saja jatuh menyerbuku seperti hujan, untuk kemudian kembali lagi pada muara bersama aliran air, kemudian berkumpul lagi menjadi awan dan jatuh lagi mencariku ketika hujan turun. Maka aku masih saja tidak mengerti, apakah yang jatuh dari langit itu air, atau memang kenangan-kenangan yang tersimpan?
Ahh. Aku tidak peduli lagi.
Bukankah hidup ini sejatinya memang bertujuan untuk membikin kenangan? Asalkan aku terus berjalan maju dan tidak lagi kembali ke belakang, aku rasa aku akan tetap baik-baik saja.
22-06-2020
22-06-2020