Kamis, Juni 10, 2021

Selamat Bertambah Usia Ibu

Selamat bertambah usia, Ibu.. 
Doaku masih sama setiap harinya
Dan maafku masih juga sama, yang masih belum dapat membahagiakanmu.
Sedihku masih tak berbeda, karena belum bisa menepati semua janjiku.
Aku tak dapat memberimu hadiah seperti yang kau beri dalam setiap hela nafasku. 
Aku hanya bisa memohon maaf
Dan mungkin hanya sebatas maaf, Ibu.. 
Dan terima kasih atas segala doamu, ketiga anak-anakmu akan terus berusaha menjadi lebih baik untuk hari ini, esok dan selamanya. 
#PanjangUmurPejuang

Jombang, 10062021

Kamis, Mei 20, 2021

Kopi Hitam menjelang petang

Sore kemarin senja jinggakan angkasa. 
Kita menikmatinya dari beranda lantai dua
Aroma secangkir kopi hitam pecah di udara
Aku hirup dan nikmati tiap teguknya. 
Kau masih mengoceh banyak hal 
Perihal anak kita jika nantinya bebal
Perihal dunia yang menurutmu janggal
Perihal orang-orang yang kau kenal. 

Aku sandarkan tubuhmu dalam pelukku
Kau menatapku bingung. 
Aku usap rambut yang menutup wajahmu
Kau menyimpul senyum. 
Ssttt.... Diamlah sejenak sayang, Senja ini akan berganti petang, kataku. 
Kau mengangguk sambil tersenyum 
Aku kecup keningmu
pipimu meranum. 

Kita hanyut dalam tenang
Dalam hangatnya sunyi menjelang petang
Sebab malam adalah cara waktu mengobati kita, 
memberi ruang kepada kata untuk sekadar melepas luka. 

Yogyakarta, 20052021

Senin, April 19, 2021

Liburan, Memancing dan Senja

Kau pernah ke danau berawa sayang?
Yang jika senja tiba, langit barat  menjingga dengan sedikit rona merah saga diatas sana.

Beruntung, jika tak mendung, matahari bulat sempurna menggantung, jatuh mesra dipeluk ilalang, bayangnya lembut terpantul pada air rawa yang tenang.

Burung-burung pulang ke sarang, ada yang sendiri, ada yang sepasang, ada yang bergerombol terbang, kicaunya merdu kalahkan obat penenang

Ah, nanti akan ku ceritakan padamu, betapa romantisnya semesta menyambut petang pulang. 

Disini
Ambarawa, 11042021
(Edisi refresing Mancing Ikan nila)


Jumat, Februari 05, 2021

Selalu saja berujung di kamu

Beberapa bulan lalu aku kehilangan gairah menulis. 
Padahal biasanya aku hanya butuh secangkir kopi dan sedikit gerimis. 
Atau, sekilas melihat senyummu, mampu ku lahirkan puisi manis berlapis-lapis.

Masih tidak terarah tulisan ini untuk siapa, aku hanya gelisah dan mencoba menuangkan segalanya. 
Pukul empat sore.. 
Hujan membumi membasahi seluruh tapak jalan kota ini. 
Anak-anak kecil berlarian tanpa busana, tertawa, beberapa diteriaki ibunya, dengan langkah gontai dan wajah tentunduk lesu, ia berakhir menjadi penonton dari beranda rumah dan yang satunya mengintip dari jendela kaca. 

Untukmu, kelak anakku jangan kau tarik telinganya ketika hujan tiba, padahal kakinya gatal sekali ingin menjejak rumput basah di taman.
Biarkan ia menyukai hujan seperti ayahnya, biarkan ia berlarian dan tertawa bersama teman-temannya.
Biarkan ia mengukir kenangan yang tidak terlupakan.
Karena kelak jika ia dewasa, ketika hujan tiba, ia akan memilih menyeruput mie kuah panas dan berselimut didalam kamar.
Masa kanak nya cukup singkat dan hanya sekali sayang.

Untukmu, kelak aku akan menua, aku tak akan puitis dan menarik selamanya. Ekspektasimu akan terbentang jauh dari realita.
Apapun keadaanku
Jangan beranjak pergi
Aku ingin menua dan mati
Bersamamu.

Ah, lagi-lagi tulisan ini bermuara padamu bukan?? 

Hey ibunya anakku.. 
Aku mencintaimu.


Yogyakarta, 5-2-2021

Skenario terbaik-Nya

Sering kali manusia di penuhi rasa kesal juga kecewa, saat harapan tak selaras dengan kenyataan. Namun, inilah kehidupan ... Banyak misteri ...