Kamis, Maret 08, 2018

Pejuang harap dan pejuang Doa

Jika saja menyerah bukan perbuatan yang Allah tidak sukai, mungkin aku akan melakukannya. Memiliki standar berperilaku baik merupakan hal yang mudah. Berencana memiliki hati yang lapang juga tidak sulit dilakukan. Namun, pada kenyataannya manusia hidup di dunia ini tidak sekadar membuat standar dan rencana. Ada perjuangan dan usaha yang dilakukan untuk menjemput semua hal yang masuk kategori perilaku baik.

Memiliki jiwa tegar dan kuat nyatanya tidak berpengaruh apa-apa ketika hati sedang terluka dan dirundung duka. Ditambah rasa kecewa. Semua menjadi paket lengkap hadirnya alasan supaya aku menyerah.

Ditambah, egoku yang kemudian muncul menyatakan bahwa aku hanya manusia biasa. Yang meskipun tegar namun bisa juga jatuh terduduk dan tidak tahu bagaimana untuk bangkit. Karena tungkai terlalu lemas untuk menyokong tubuh yang telah lunglai. Semua itu menjadi penambah alasan agar aku menyerah.

Seseorang pernah mengatakan, “Tetaplah menjadi diri sendiri. Bukankah kamu pernah bilang, berbuat baik itu tidak memerlukan alasan? Alasan hanya membuat kita berharap kembali. Dan manusia cenderung berharap pada manusia. Bukankah sebaik-baiknya tempat berharap hanya kepada Allah? Karena, berharap pada selain Allah hanya akan membuat kecewa. Jadi, berbuat baiklah karena memang kamu butuh menjadi orang baik. Dan berbuat baiklah karena memang mereka pantas diperlakukan baik. Bukankah begitu katamu dahulu? Lantas mengapa sekarang kamu ingin berhenti berbuat baik? Hanya karena manusia yang mengabaikanmu, iya? Hanya karena mereka belum menghargaimu? Setelah aku berbicara ini, apakah kamu masih ingin berhenti? Kamu tidak boleh berhenti dan menyerah.”

Mendengar perkataanmu itu, aku tidak tahu ingin berkata apa. Kata-kata tidak bisa mewakili rasa menyesalku ini. Menyesal karena sempat ingin berhenti.

Iya benar, aku ingin berhenti. Aku juga ingin menyerah. Tapi tidak bisa. Akan selalu ada rasa menyesal ketika aku tidak mampu menguatkan diri. Akan selalu ada rasa menyesal ketika aku memilih berhenti, padahal aku jelas tahu Allah sedang mengamati dan bersiap mengulurkan tangan membantuku. Akan selalu ada rasa menyesal ketika aku mengecewakan Allah karena bersikap seperti ini.

Meskipun keadaan sedang tidak baik, pada akhirnya aku akan tetap berusaha berdiri. Dengan segala upaya, semua pasti akan berlalu. Meskipun sulit untuk melangkah, aku akan tetap berjalan dijalan-Nya. Seiring berjalannya waktu, semua pasti mudah ditapaki. Kuatkan dan mudahkan segala urusanku, Ya Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Skenario terbaik-Nya

Sering kali manusia di penuhi rasa kesal juga kecewa, saat harapan tak selaras dengan kenyataan. Namun, inilah kehidupan ... Banyak misteri ...